picture taken from http://bit.ly/I6DkYy |
Kakinya melangkah…meninggalkan jejak tapak tak beraturan….
hanya tau melangkah… dan melangkah… tanpa jelas arah tujuan….
tatapan lurus ke depan…
seolah cakrawala membius manik cokelat yg tampak kosong dan gamang
disisiri bibir pantai yang terjilati ombak beriak tak beraturan seirama hatinya
kemana??? kemana ia akan pergi…?
dia sendiri tak dapat menjawab pertanyaan singkat tersebut…
diluar nalar, dia terus berjalan mendekati cakrawala…
pelan… ombak menari-nari di sekeliling betis kecilnya…
kemudian bergerak naik hingga kepinggangnya…
deburan ombak meraung raung, menerjang dengan kekuatan alam mengoyak keheningan hati… memekakkan telinga… dan menghacur leburkan asa.
pasti, ia menggerakkan tubuhnya agar mendekat ke garis cakrawala…
air telah menguasai dirinya sebatas leher…
tak urung kaki terus melangkah…
hingga hilang…
sepi…tak ada riak…
deburan ombak senyap selayang hilangnya sosok mungil tersebut mendekat horizon…
mungkin itulah yang dia ingin temukan….
Kakinya lemah menyisiri hamparan butir-butir halus yang seharusnya berkilauan bersinar bak berlian saat sengatan mentari menyirami bumi pertiwi. Jejakan telapak tampak jelas tertinggal di atas pasir sejalan ia melangkah, yang barang beberapa detik hilang tersapu angin. Sayang, siang itu cuaca tampak begitu tak bersahabat. Gelungan awan kelabu berarak menelan sang surya hingga tak terlihat garis horizon diseberang sana. Dunia tampak begitu luas tak berujung. Ngeri.
Ia terlihat tak peduli dengan tiupan angin yang semakin liar. Menebaskan rambut hitam legam bergelombang yang tergerai sebahu secara tak beraturan. Gaun putih terusan tipis lengan buntung membalut tubuh mungilnya, yang tampak kelewat kurus, ikut terkibas menari. Kulitnya cokelat gelap karena seringnya terpapar sengatan panas. Langkahnya terhenti, menatap sendu ombak yang bergelung. Beradu. Bagai anak kecil yang liar berlari saling susul menyusul menjilat bibir pantai. Senyum tipis membingkai paras ayunya walau sesaat, kelewat singkat. Raganya seperti kebas.
Tulang belikatnya menonjol kentara. Entah berapa lama tubuhnya tidak diberi asupan yang bergizi. Dengan tinggi badan semampai bak model itu ia seperti tusuk gigi yang menjulang. Pandangannya berkabut. Dari sudut matanya terlihat kristal bening yang memaksa menyeruak keluar.
taken from http://bit.ly/HYGlGn |
Gulungan ombak semakin menggila. Sekonyong-konyong siap menelan apapun yang akan berhadapan dengannya. Tak ada satu pun orang yang berani ke pantai tersebut saat keadaannya seperti sekarang. Ya, pantai Cinta. Begitu mereka menamakannya, gadis itu dan sang kekasih. Kenangan yang berkelebat bagai film hitam putih kembali berputar dalam benaknya. Andai saja ia tak mengizinkan belahan jiwanya saat itu untuk mengikuti kumpul bersama dengan para penyelam. Mungkin saja, mereka sekarang sedang berpagutan memadu kasih seperti anak remaja yang baru mengenal apa itu jatuh cinta. Tragis, pantai ini yang mempertemukan sekaligus mencabut cinta mereka.
Ia mengerjapkan matanya. Air mata bergulir begitu saja dari sela-sela bulu matanya yang panjang dan lentik. Ditarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan gemuruh didada. Tangan kanannya bergerak lambat, menyisir rambutnya dengan jari-jari mungil nan ramping. Wujudnya sempurna.
Today a reader, tomorrow a leader.
A good readers live a comment here ^ ^
I always try to reply your comment and visit back to your blog/website.
So, keep coming back and we can be a friend xoxo