Hai, apa kabar? Sudah lama sekali saya tidak menulis. Kangen banget! Kerjaan terakhir saya sungguh amat menyita waktu. Karena memang saya pun masih belajar untuk pekerjaan saya sekarang. Seperti bayi yang belajar merangkak perlahan, mengenali sekeliling, bagaimana menentukan pilihan yang terbaik. Seperti itulah pekerjaan saya sekarang.
pict. taken from http://bit.ly/dydBsi |
Pekerjaan saya ini tentunya jauh dari comfort zone, tapi saya menyukainya.
Ya, dalam arti saya menyenangi pekerjaan saya. Pilihan karir saya. Memang kenyataan masih jauh dari passion saya ya, untuk bidang pekerjaannya. Walau pada dasarnya sampai detik ini saya masih mencari panggilan hati saya. Keinginan terbesar saya adalah menjadi penulis. Itulah salah satu passion saya. Hal lainnya yang sebenarnya masih saya tekuni dan baru saja berhasil yaitu dapat kesempatan menjadi aktivis sosial. Tapi sayang, untuk yang kedua harus saya tunda terlebih dahulu karena jam kerja saya yang tidak mengenal istirahat hingga agak merenggut jatah saya berkontribusi.
Ya, dalam arti saya menyenangi pekerjaan saya. Pilihan karir saya. Memang kenyataan masih jauh dari passion saya ya, untuk bidang pekerjaannya. Walau pada dasarnya sampai detik ini saya masih mencari panggilan hati saya. Keinginan terbesar saya adalah menjadi penulis. Itulah salah satu passion saya. Hal lainnya yang sebenarnya masih saya tekuni dan baru saja berhasil yaitu dapat kesempatan menjadi aktivis sosial. Tapi sayang, untuk yang kedua harus saya tunda terlebih dahulu karena jam kerja saya yang tidak mengenal istirahat hingga agak merenggut jatah saya berkontribusi.
Setelah mengikuti berbagai seminar dari berbagai pakar. Saya menemukan panggilan hati saya—selain menulis itu tadi, bekerja di dunia komunikasi, bertemu serta berkenalan berbagai orang dari berbagai status dan personalitas, dan saya bukan tipe orang yang bisa bertahan kerja dibalik meja dalam kurun waktu yang lama. Ya, yang bisa menahan saya berlama-lama cuma menulis. Jangan ditanya berapa banyak waktu yang dihabiskan ketika saya sedang brain storming untuk suatu karya tulis. Seharian pun saya betah ngejogrok di depan komputer dengan berbagai tumpukan sumber ide ditemani bergelas-gelas cokelat panas. Saya pun bisa seperti di planet lain saat menekuni aktivitas tersebut. Saya tidak akan peduli dengan email yang menjerit-jerit masuk ke inbox smartphone, banyaknya pesan singkat melalui BBM yang sekedar menanyakan kabar atau masalah kerjaan, atau bisa saja panggilan masuk yang saya pasang dengan status silent.
Intinya, saya mencari true calling saya. Passion saya. Saya mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit serpihan untuk membangun mimpi saya. Saya mulai menemukan apa yang saya cari dan inginkan. Memang tidak mudah dan butuh waktu untuk meraih itu semua. Ada prosesnya. Dan nikmatilah proses tersebut. Karena yang terpenting dalam menemukan apa yang kita cari ya proses menuju ke sana. Saat sudah sampai ditujuan, tinggal raup hasilnya! J
Bekerja dengan media merupakan suatu kepuasan tersendiri bagi saya. Senang sekali ketika saya dapat membuat tempat di mana mempercayakan saya sebagai orang yang bisa membuat Indonesia mengenal, apalagi dunia. Peliputan, press conference, dll. Media relation? Mungkin bisa dibilang itulah sebutan untuk pekerjaan yang saya tuju. Public relation? Mencangkup salah satunya. Singkat kata, saya suka bertemu orang, berkenalan, bertukar pikiran, belajar dari mereka, dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan kaya. Karena pada nantinya saya akan membagi ilmu saya untuk Indonesia dengan menjadi aktivis mengajar.
Awal Januari saya sudah mulai dapat mengatur jadwal untuk menjalani salah satu passion saya. Berkontribusi. Kontribusi di sini adalah diberikan kesempatan untuk berbagi dalam bentuk pengetahuan yang saya miliki. Mengajar kaum marjinal tiap sabtunya merupakan kepuasan tersendiri bagi batin saya. Karena dari situ saya terus bersyukur dan mengingat bahwa tiap detik dalam hidup saya begitu berharga dan beruntung. Hidup saya jauh lebih beruntung dari pada anak-anak itu. Apalagi ketika mereka mencium tangan saya untuk pamit pulang, saya terharu. Saya tersadar bahwa apa yang saya miliki sekarang dan kedepannya ada bagian dimana milik mereka.
Awal Mei, ketika saya memutuskan untuk mengambil pekerjaan terakhir yang saya jalani sekarang, dengan waktu kerja senin sampai sabtu, sungguh tidak mudah. Batin saya berkecamuk. Meninggalkan segala aktivitas sosial saya yang semuanya berlangsung pada hari sabtu merupakan pilihan berat. Apalagi saat itu keuangan keluarga tidak menentu karena status saya yang berubah menjadi pengangguran akhir januari lalu. Menyakitkan. Berat banget harus melepas komunitas mengajar. Secara saya tahu jelas bahwa komunitas itu sangat kekurangan tenaga relawan pengajar. Untungnya teman relawan lainnya mengerti alasan saya harus vakum beberapa waktu.
Dan sekarang, saya berharap dapat mengejar mimpi-mimpi saya yang lain dengan terbukanya jalan lain yang lebih baik. Saya yakin, Tuhan akan mempercayakan saat itu ketika memang saya sudah layak dan sanggup menjalani dan mendapatkannya. Dan Tuhan akan dan selalu memberkati kehidupan saya, karena Ia ingin saya menjadi berkat untuk orang lain 🙂
mantabs, kalo di comfort zone terus bikin terlena, dan bikin ga nambah pinternya 🙂
makasih ya mas Benwicak atas masukannya 🙂