Cinta itu nggak bisa dipaksakan…

Arti-Cinta-Dengan-Pasangan-Yang-Tidak-Tepat

Makna Cinta Versi Gue

Ada yang bilang cinta itu bisa mengalir sendirinya seiring waktu berjalan atau ada lagi yang bilang asal duit ada, cinta mah jalan sendiri nantinya.

Perbedaan itu indah. Diciptakan Tuhan untuk memberikan warna kehidupan dalam tiap individu. Untuk saling melengkapi dan memberi arti. Jika dengan individu yang tepat, jodoh. Tuhan akan menghadirkan orang yang tepat diwaktu yang tepat. Bila tidak, jadikanlah bagian hidupmu penuh warna sebagaimana warna sahabat.

Semua salah!!!

Statement itu gue keluarkan karena emang benar. Gue udah merasakannya, sendiri. Kalau kita mau jujur terhadap hati nurani kita sendiri. Sedikit aja ruang untuk menyadari, jujur, terbuka. Bahwa cinta itu tumbuh dengan sendirinya, nggak bisa dipaksakan. Dan butuh klik antara individu yang satu dengan yang lain.

Kenapa gue tetap mengatakan itu salah? Dengan yakin sekali lagi, gue bilang memang cinta nggak bisa dipaksakan. It was real!  Hubungan terakhir gue yang kandas karena memang tidak ada ‘klik’, itulah namanya. Gue nggak mencintai pasangan gue. Gue baru sebatas suka. Karena memang dari awal gue cuma bisa berteman sama dia. That’s it!

SEMUA TERJADI PASTI ADA ALASANNYA…

Gue menyesali keputusan gue yang nggak menghargai suatu hubungan, cinta. Dan memperlakukannya seperti mainan, coba-coba. Seharusnya gue yakin dengan hati kecil gue bahwa memang tidak ada rasa, jangan dipaksa. Gue sadar itu salah, tetapi gue mensyukuri bahwa itu pernah terjadi dan akhirnya sadar juga sebelum hubungan ini jauh merusak kedalam, mengakar. Yakin bahwa ini semua terjadi atas seizin Tuhan. Mungkin supaya gue bisa belajar dan lebih mengerti lagi bagaimana memaknai sebuah hubungan.

MENYESALKAH?

Padahal mantan gue ini bisa dikategorikan perfect-lah. Tajir, anak pengusaha yang akan mewariskan usaha multinasional orang tuanya dalam 3 than lagi, jabatannya tentu menakjubkan, ganteng, seiman, sesuku pula. And he loves me. Apa yang kurang? Bagi perempuan kebanyakan yang memimpikan mendapatkan pria seperti itu pada bilang gue bego. Melepaskan ‘burung emas’. Tapi gue sangat mensyukuri keputusan gue. Karena gue nggak cinta. Dan gue nggak ingin terjebak dihubungan yang bukan semestinya.

2 bulan hubungan itu berjalan, gue merasa bosan. Dan waktu seminggu gue jalani, gue sempat minta putus. Karena memang gue merasa gue nggak ada feeling dengan dia. Lalu sebulan kemudian pun gue minta putus, hal itu nggak terjadi lagi karena mantan gue minta untuk tetap lanjutkan dan pikirkan.

Sebenarnya dari awal, saat dia meminta gue jadi pacarnya, gue mengungkapkan bahwa gue saat itu masih nyaman jadi teman. Nggak lebih. Dan gue merasakan bahwa baiknya hubungan kita sebatas teman. Ya bukannya jual mahal atau sok cakep. Sadar diri kok gue kalau gue nggak cantik, malah kalau dipikir-pikir kayaknya gue jauh banget ya dari kriteria dia, bila ditisik dari mantan-mantannya yang cantik-cantik aduhai! Khilaf kali ya dia naksir gue!?

AKU CINTA KAMU KARENA…

Itu pun gue tanya ke dia alesan naksir gue sampai 3 kali, hingga dia ngamuk-ngamuk karena harus mengulang-ulang seperti itu. Karena gue nggak yakin dia naksir gue, dan meyakinkan diri gue juga bahwa it’s real. Saat itu gue nawarin dia TTM-an, atau HTS-anlah. Tapi dia keukeuh untuk kita tetap pacaran. Bukan hubungan seperti itu yang dia mau.
He said he interested with me because I have same determination and effort like him. Dia suka dengan kegigihan gue. Dia suka karena gue adalah perempuan yang mau bayar bill-nya sendiri saat status kami berteman. Karena bagi dia banyak cewek, even though berteman, tapi karena tau jalan sama lelaki apalagi tajir, pasti minta dibayarin.

PLIN PLAN

Setelah pertimbangan dan usulan dari teman-teman gue, jalanin aja dulu. Dicoba, nanti juga lo bisa cinta sama dia. Gue akuin gue tertarik sama dia. Suka. Tapi nggak cinta.

Dan akhir kata akhirnya kita jadian. Dengan asas nggak-ada-salahnya-dicoba. Awal hubungan gue berusaha untuk menyukai dia sebagai pasangan gue sembari beradaptasi dengan gaya hidupnya yang super high class, menurut gue.

2 bulan hubungan gue sangat dimanja oleh pacar gue ini. Sangat! Dia nggak pernah marah, dia sangat memanjakan gue. Dijemput di kantor, tiap nge-date selalu ke restoran mewah, dikasih cokelat, dikirimin bunga di kantor, selalu digandeng kemana pun, selalu dicium tangannya. Intinya, gue menyicip kehidupan enak dia deh, serta betapa disayangnya sebagai pacar. Gue yang buta masalah wine, champagne, sampai baru ngerti bahwa cewek itu bisa dinilai dari pilihan minumannya, ckckck….

Setiap gue ketemu temen cewek gue mereka bilang, ‘Gila! Beruntung banget lo dapat pacar kayak gitu. He shows how cares with you. Jarang-jarang lho dicintai lelaki duluan.’ Gue cuma bisa tersenyum artifisial. Mungkin seperti ini kali ya hubungan di depan publik, hubungan artifisial. Hubungan palsu. Karena gue nggak cinta.

Mungkin lo baca tulisan gue ini, ngebego-begoin gue. For sure, I tried harder. Gue berusaha menumbuhkan rasa cinta. Dengan cara care sama dia, selalu menjadi pendengar yang baik, dll. Tapi gagal. Karena gue menyadari bahwa di sini gue hanya menjadi pendengar, tapi tidak diberi kesempatan untuk didengar. Hubungan ini monolog. Dan gue hanyalah patung pajangan untuk dibawa kemana-mana, dikenalkan sebagai pacar, mendengarkan kisah-kisahnya, diajak makan, diajak nonton, that’s it. Porosnya hanya dia. Hingga akhirnya kebebasan gue pun suka terenggut tanpa sengaja. Di saat gue ingin punya waktu girls time. Dia yang minta ikut, yang berakhir bukan reunian gue dengan teman gue, tapi dia asyik masyuk bercerita tentang dirinya ke gue dan teman gue. Dan menurut teman-teman perempuan gue, gue seharusnya bersyukur malah kalau punya pacar yang mau mengenal teman-teman gue, dll. Gue bukannya nggak mau pacar gue mengenal dan dikenal teman-teman gue, tapi pastinya semua ada porsi dan batasan ya.

HAK SUARA HILANG

Gue nggak punya hak suara. Pendapat gue selalu dikebiri. Contoh kecil aja seperti menentukan tempat makan, he asked me. But then he rejected and give me another option yang mana kedua tempat itu yang emang dia selalu kesitu dan udah tau rasanya kayak apa. Why we never try something new? He always in comfort zone. We never know it has a good taste or not if we never try! Goodness! Dan itu nggak terjadi barang sekali, terulang. Dan sampai gue hapal kalau kemari kita pasti makan itu, kalau ke sana kita makan B.

Hell-o! Sometimes you need your own time. Me-friends-time. It’s not all about him.

Tapi malah jadinya saat dia lebih sering membuat gue supaya nggak ketemu teman gue dengan menyibukkan acara dating kita.

Dan sedihnya, saat gue selalu nggak bisa menjadi diri sendiri setiap sama dia. Gue nggak boleh terlihat jelek. Which is I should double check and make sure what I wear are good looking and eye catchy! No mistake! Must be perfect! Even waktu gue ingin kita jalan dan gue memakai celana jeans, harus ijin. Bagi dia pencitraan itu sangat penting. And sometimes am tired to be perfect for him.

Terlebih saat gue bercerita tentang keinginan, mimpi, dan rencana hidup gue. Dia nggak pernah mau fokus mendengarkan. Hanya ber-‘Oh…’, ‘Masa?’, ‘Wah… keren!’, ‘terus…?’ ria, dengan tatapan mata yang kosong. Sedangkan saat dia bercerita, gue harus tetap fokus, meleng sedikit pasti dia langsung, Beb… kamu dengerin aku cerita nggak sih?

Belum lagi saat ternyata visi dia yang berbeda jauh dengan visi gue. Yang mana kehidupannya yang selalu diisi dengan kesenangan, kemewahan, dll. Bagi gue, hidup enak itu nggak perlu belajar, tapi hidup susah itu perlu belajar dan perjuangan. Dan gue menyayangkan juga saat menuangkan niat untuk berkecimpung mengajar anak jalanan, komentarnya cuma “Buat apa kamu kayak gitu?” Pelan-pelan gue jelaskan hingga hasilnya dengan kekecewaan, karena bagi dia itu cuma buang waktu. Dia hanya memikirkan bagaimana memperkaya diri secara duniawi tanpa memikirkan dan peduli sesama. Gue bukan orang suci dan juga bukan orang yang sangat beriman. Gue masih belajar, masih proses. Dan gue ingin beriringan, bersama-sama dengan orang yang juga mau belajar dan berkembang dalam jalan-Nya.

Sekali lagi gue bilang, hubungan seperti ini nggak sehat. Dan yang bilang materi, pria ganteng, serta embel-embel dll bisa merubah rasa cinta. Well, are you livin’ in different planet?

Cinta itu bukan karena seberapa baiknya ia memperlakukan lo, memberikan lo buket bunga tiap saat, kasih lo berkadus-kardus kotak cokelat atau seberapa perhatiannya dia. Tapi karena lo mencintai dia. Lo menerima dia apa adanya, begitu pun sebaliknya. Dan memang lo bedua saling cocok. Mau memahami, mendengarkan, dan mengerti satu sama lain. Bukan hanya salah satunya aja. Itu akan melukai diri lo sendiri.

Jujurlah dari hati nurani paling dalam. Hati nurani itu nggak bisa menipu lo, bahwa bukan seperti itu orang yang lo inginkan. Memang materi itu penting, tapi materi bisa dicari. Bukan dari hasil dengan memacari pria tajir. Dan inget, yang menentukan baik buruknya menjalani hubungan itu pada akhirnya elo sendiri. Walau teman-teman lo berniat baik, tapi tetap lo menepi sejenak, dengarkan hati kecil lo berkata dan bawa dalam doa. Percaya deh, hati kecil nggak pernah bohong dan menipu lo kok. Karena Tuhan pastinya juga bantu memapah lo untuk mempertegas dan memperlihatkan baik buruknya tiap momen kejadian dalam hidup kita.

Kebahagiaan sejatinya nggak bisa dibeli pakai duit. Sekarang gue bahagia menjadi single. Being single is a choice, not faith. But faith is when you believe God has prepared there is someone out there as your beloved one and willing to share his/her life to be with you till the rest of their life as the way him/her selves.

Today a reader, tomorrow a leader.
A good readers live a comment here ^ ^
I always try to reply your comment and visit back to your blog/website.
So, keep coming back and we can be a friend xoxo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.