Lovely Love!

Cara-Berteman-Dengan-Mantan-Pacar

Beberapa pekan lalu gue ketemu mantan gue. Mantan pertama gue, kebetulan dia muslim. Hampir setahun kita putus kontak. Dan sehabis lebaran kemarin gue sempet berusaha menjaga silaturahmi dengan dia dengan mengucapkan selamat. Dan mantan gue, kita sebut dia A aja yah biar gampang. Waktu kita pacaran itu kisaran 6 bulan.

Baca juga: CINTAKU KEPENTOK HOMO!

Umurnya dia itu 26 tahun. Dan dia siap lahir batin untuk mencari isteri. Itu di mana jadi pertimbangan gue akan kelangsungan hubungan kita. Nggak gue doang sih, dia juga. Secara gue masih muda, masih umur 19 tahun saat itu. Nggak mungkin juga gue nikah muda. Gila sih itu! Hubungan kita kandas gitu aja karena komunikasi yang buruk pada akhirnya, akibat pembicaraan beda agama dan keluarga, dll. Setelah putus sempet gue yang sedih, ngambek juga sih. Hehehe… anak-anak banget deh. Ok, stop it!

Pertemuan Manis dengan Sang Mantan

Kita lanjut di mana akhirnya gue ketemuan sama dia. Gue lupa persisnya kapan, pas lagi di kantor sih intinya. Tiba-tiba dia ngontak gue via YM. Dia nanya kabar gue, dan ngabarin kalau sekarang dia udah pindah kerja. Di perusahaan IT di bilangan Kuningan. Tepatnya di Setiabudi One, itu tempat kali pertama kita bertemu. And you know what? He still remember all our memories!

Setelah ngalor ngidul ngomongin masalah kabar, kerjaan, aktivitas, dia bahas dong itu! Dia bahas apakah gue masih inget awal ketemuan kita? Gue waktu itu jawab sekenanya aja, agak males sebenernya mengingat walau sebenarnya masih jelas banget itu semua. Dan dia bilang, aku nggak pernah lupa awal kita ketemu. Kamu yang bawain aku makanan, masakin sendiri buat aku. Oh damn! Just too sweet. Gue terharu dengan kata-kata dia yang emang manis, menurut gue yah. Hahaha…. Pengakuan dia nggak akan pernah lupa membuat gue ngerasa at least waktu itu, emang gue berarti buat dia. That relationship real happened for him, and for me.

Dan dia cerita sejak dia putus dari gue belum nemuin pengganti sampai sekarang. Goodness! I’m sorry I already had another person to replace you and its ended up too. Gue ngerasa dosa yah waktu dia bilang gitu sama gue. Gue ngerasa iblis banget dalam 6 bulan setelah kita putus gue udah nemuin pengganti dia. Dan sekarang setelah ngobrol sama dia, gue kasih tau gue udah pacaran lagi dan putus. Itu rasanya ngeneees banget! Tapi ya udahlah, udah lewat.

Sampai akhirnya dia minta ngajak ketemuan. Dia bilang pengen ngobrol sama gue. And we made it. Janjianlah kita ketemu di Plaza Semanggi. He still the same one that I ever knew. Nggak ada perubahan berarti kecuali melihat dia dalam setelan kantor. Karena dulu dia bekerja di tempat yang nggak mesti pakai baju kantoran, cuma jeans sama atasan seragam.

Aaargh, he is someone ever be my history, part of my life. Still my lovely Javanese man. Hahaha…norak deh gue. Tapi cara pandang gue waktu itu nggak seperti gadis remaja kegirangan ketemu pangeran berkuda putih. Malah saat gue akhirnya ngeliat dia setelah setahun lamanya kita nggak pernah ketemu, I knew it. Gue benar-benar menganggapnya teman, malah mungkin kategori teman dekat. Nggak lebih. Dan gue amat sangat senang dengan perasaan itu. Gue berbinar, tersenyum hangat. Karena gue seneng banget bisa bersahabat dengan mantan gue. Asli, perasaan itu sangat gue nikmati.

Oh iya, kita menuju restoran dan duduk berhadapan. Pesan makan, seperti biasalah kalo orang ke restoran. Dan selama itu, kita ngobrol banyak. Dia cerita dia deket sama perempuan, gadis Semarang. Dia juga nunjukin fotonya, nggak cantik. Kayak bisa baca pikiran orang, dia nyeletuk “Emang nggak cantik. Kamu tahu sendirikan, aku kalo cari pacar nggak berdasarkan fisik.”

Gue malu sendiri. Antara berasa kepergok mikir begitu, sama berasa kalau gue berarti termasuk yang jelek dong yah? Tapi seneng juga sih. Berarti dia menilai gue termasuk perempuan yang baik. Ahiy!

Mari lanjut, dia bilang bahwa perempuan itu pernah disakitin sama mantannya dan masih membekas. Dia belum bisa membuka diri ke mantan gue ini. Gue simpati dengan ceritanya. Secara gue tau rasanya gimana karena mantan gue yang terakhir itu cukup membuat gue sedih banget. Ok, jangan ditanya gimana ending-nya gue berhasil bangkit. Kapan-kapan aja yah.

Setelah dia menceritakan kehidupan dia selama setahun kebelakang dan terakhir dia  deket sama siapa. Si A bertanya sama gue, beralih ke gue. Dia nanya gimana gue sama mantan gue terakhir ceritanya.
Jleb!

Diotak gue kayak ada bayangan hitam putih yang berseliweran. Butuh waktu untuk mencerna pertanyaan dia dan menjawabnya. Ya, gue curhat sama mantan gue ini. Setelah kelar cerita, dia nanya, “rasanya sakit banget pasti ya?” Gue bingung.

Dan gue jawab, “ya gitu deh.”

Dia timpali sekali lagi, “pasti sakit banget yah. Secara perempuan yang aku deketin ini aja disakitin begitu sama mantannya, sampai susah buka hati. Kalau nggak sakit banget pasti kan nggak mungkin yah.”

Mungkin saat itu dia jadi berkaca, mendengar cerita gue. Dan ngebayangin kejadian itu ke perempuan yang dia lagi deketin ini. Jujur gue bilang sama dia, sakit itu ada. Trauma itu ada. Apalagi nggak mungkin banget dilupain. Dan gue cuma belajar untuk mengikhlaskan dan memaafkan dirinya dan diri gue sendiri. Lalu tiba-tiba aja dia yang minta maaf ke gue, maaf kalau hubungan kita harus berakhir. Dan maaf kalau dia udah nyakitin gue. Gue kontan bengong yah, bo! Secara kalau direview, dia itu mantan gue yang baik. Nggak ada cela deh. Paling cuma cuek dan sibuk. Udah, manusiawi. Sisanya dia baik. Malah gue mikir-mikir, kayaknya dulu gue sering banget bertindak kekanak-kanakan ke dia. Dan gue berterima kasih banget dia bisa nerima gue apa adanya, dengan segala buruk baiknya gue. Well, then I said thanx to him for all happened. Gue bersyukur atas kebaikan dia, kesabaran dia. Gue minta maaf kalau gue melakukan banyak kesalahan dan too childish. Hehehe…. I said it to him from bottom of my heart. Nggak tahu dapet keberanian darimana gue memuntahkan semua kata-kata itu. Gue juga akhirnya curhat masalah kerjaan gue, kehidupan gue yang kurang lebih selama setahun kebelakang ini cukup porak poranda dan struggle.

Setelah obrolan panjang malam itu, kita say good bye tapi tetep keep in touch. Tapi ada lagi yang membuat gue tersentuh dan terenyuh. Dia berkata, kamu itu orangnya baik. Kamu baik banget. Hmm… bukannya lebay atau apa. Gue terharu! Asli! Twice he did and said nice things. Gue sampe merasa tersanjung dan malu. Masa sih? Selama ini gue merasa gue jauh dari baik. Dan, pantes nggak sih gue dibilang gitu? Atau dia aja yang lebay? Ok, intinya gue sangat terharu dan merasa hangat. Gue ngerasain tulus ketika dia mengatakan itu semua. Gue tersenyum. Gue bahagia banget ngeliat mantan gue sekarang bahagia.

Sejak itu gue jadi berpikir. Flash back. Belajar. Bahwa perasaan yang nggak bisa gue jabarin dengan kata-kata apalagi rumus matematika ini kalau gue bahagia. Gue ngerasa damai, tenang. Dan nyaman! Lo nggak ngerti rasanya gimana sampai lo ngerasain sendiri. Kebahagiaan tersendiri yang nggak bisa gue jelasin deh. Gue jadi mikir banget, nggak seharusnya gue benci sama mantan gue terakhir, apalagi sampe dendam. Sakit pasti, itu udah berulang kali gue ucap. Tapi gue harus belajar dan liat sisi positifnya.

You know what, I got it. Banyak sisi positifnya lho! Gue jadi belajar nggak ngandelin, atau ngarepin orang. Gue jadi bisa melihat bahwa banyak peluang bagus menanti gue. Masa depan gue. Terlalu dini hanya diem kayak orang bego di kotak hitam yang lo buat sendiri, bersedih. Kenapa juga gue nggak berusaha untuk berteman dengan mantan gue yang terakhir? Kita ini hidup untuk menebar kasih kan? Bukan munafik, tapi lebih mudah nyari musuh ketimbang temen! Believe me. He ever be apart of my life, dan pastinya atas seijin Tuhan. Nggak ada yang namanya kebetulan. Dengan ini mungkin Tuhan ingin mengajarkan gue untuk menjadi sosok yang lebih kuat, dan mengenal kepribadian orang yang macem-macem jenisnya. Mungkin juga maksud Tuhan untuk mempertemukan gue dulu dengan wrong person before let me meet up the right one at the right time? Sebenernya balik lagi ke diri kita, ikhlas nggak kita untuk melepas semua masa lalu menjadi bagian kita dibelakang? Bukan untuk dilupain lho, tapi bersahabat dengan rasa sakit itu sendiri.

NB: Last time I heard about him, he already in relationship with that girl. And preparing all his future with her!

August 18th, 2011

Today a reader, tomorrow a leader.
A good readers live a comment here ^ ^
I always try to reply your comment and visit back to your blog/website.
So, keep coming back and we can be a friend xoxo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.